Sabtu, 07 November 2009

Simaklah Kawan !,....Mengenal Lebih Dekat Pribadi 'Umar Bin Khatab Radhiallahu Anhu:

Mengenal Pribadi 'Umar Bin Khatab Radhiallahu Anhu:

ibnu ‘Umar Radhiallahu Anhu berkata

( كُناَّ نُخَيِّرُ بَيْنَ الناَّسِ فِيْ زَمَانِ رَسُوْلِ اللهِ

صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ )

“Kami memilih siapa orang yang terbaik pada zaman

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam, lalu kami memilih Abu Bakar, kemudian

‘Umar dan kemudian ‘Utsman” (HR. al-Bukhāriy)

A. Seorang Khalifah Yang Mendapat Petunjuk.

Abu Hurairah Radhiallahu Anhu berkata, bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Sesungguhnya pada ummat-ummat sebelum kalian ada orang-orang yang diberi ilham, dan seandainya pada umatku ada seorang yang seperti itu maka ia adalah ‘Umar” (HR. al-Bukhāriy)

Abu Dzar Radhiallahu Anhu berkata bahwa dia mendengar Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah meletak-kan kebenaran pada lidah ‘Umar, dan dia berbicara dengan kebenaran tersebut” (HR. Ibnu Mājah, dishahihkan oleh al-Albāniy)

‘Uqbah bin ‘Amir rda berkata bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Seandainya setelahku ada Nabi, tentulah ia adalah ‘Umar bin al-Khaththab” (HR. at-Tirmidziy, dihasankan oleh al-Albāniy)

‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu Anhu berkata, “Tidaklah ada satu perkara yang timbul di antara manusia, lalu orang-orang berkata begini-begitu, sementara ‘Umar berkata begini, kecuali al-Qur’an turun seperti apa yang dikatakan ‘Umar tersebut” (HR. at-Tirmidziy dan Ibnu Mājah, dishahihkan oleh al-Albāniy).

Mujahid rhm berkata, “Adalah ‘Umar berpendapat tentang sesuatu, kemudian al-Qur’an turun sesuai dengan pendapatnya tersebut”

‘Umar Radhiallahu Anhu berkata, “Aku sesuai dengan Rabb-ku dalam tiga hal; aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita jadikan maqam Ibrahim (tempat berdiri Nabi Ibrahim waktu membangun Ka’bah) sebagai tempat shalat?’, maka turunlah ayat, “Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat” [QS. al-Baqarah (2): 125], dan aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ikut masuk kepada istri-istrimu orang-orang yang baik dan yang fasik, maka perintahkanlah istri-istrimu untuk berhijab”, maka turunlah ayat hijab [QS. al-Ahzāb (33): 59]. Pernah istri-istri Nabi bersepakat dalam ghīrah (kecemburuan) maka aku berkata, “Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabb-nya akan memberi ganti untuknya dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian”, maka kemudian turunlah ayat seperti itu [QS. at-Tahrīm (66): 5]” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim. Dalam riwayat Muslim ada tambahan, “Dan dalam masalah tawanan perang Badar”]

Sebelum diharamkannya khamr (minuman keras), ‘Umar pernah berdoa, “Ya Allah, terangkanlah untuk kami tentang khamr dengan penjelasan yang tuntas”, kemudian Allah menurunkan ayat yang mengharamkannya [QS. al-Mā’idah (5): 90-91].

B. Kesederhanaannya.

Tatkala ghanīmah (harta rampasa perang) dari tentara Kisra (Raja Persia) didatangkan kepada Khalifah ‘Umar Radhiallahu Anhu, maka ia melihat perhiasan dunia yang sangat menarik lagi memukau, jutaan dinar telah dibelanjakan untuk mewujudkannya, akan tetapi ternyata itu semua tak mampu menolong para pemiliknya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menceraiberaikan mereka di dunia, sementara di akhirat nanti telah disiapkan untuk mereka adzab yang pedih. Kemudian ghanimahghanimah tersebut dikirim kepada ‘Umar untuk dibagikan kepadanya dia dan kaum muslimin. Tiba-tiba beliau membandingkan dengan pan-dangan mata dan bashīrah (pandangan hati)nya antara kehidupannya dengan kehidupan kedua shahabatnya, yaitu Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam dan Abu Bakar Radhiallahu Anhu. Maka ia mendapati bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyelamatkan keduanya dari melihat harta yang menggoda tersebut.

Maka iapun takut jika diuji dengan harta tersebut sebagai istidrāj (kenik-matan yang menyeret seseorang ke-pada kebinasaan). Iapun menangis seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah mencegah harta ini dari rasul-Mu, padahal dia lebih Engkau cintai dan lebih mulia di sisi-Mu dari pada aku. Dan Engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar, padahal dia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku. Kemudian Engkau memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari Engkau be-rikan harta ini kepadaku untuk mencelakakanku”. Kemudian beliaupun menangis hingga orang-orang yang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallahu Anhu, “Aku ber-sumpah kepadamu agar engkau men-jualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum datangnya sore hari”

Ahnaf bin Qays Radhiallahu Anhu berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di pintu rumah ‘Umar tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita. Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul Mukminin”, mendengar itu ‘Umar membantah, ‘Bukan, ia bukan milik Amirul Mukminin, tapi termasuk dari harta Allah (baitul mal)’ Lalu kami bertanya, ‘Lalu apa yang boleh baginya dari harta Allah?’, beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak halal bagi ‘Umar dari harta Allah kecuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan ‘umrah. Makananku dan keluargaku tidak berbeda dengan apa yang dimakan oleh salah seorang dari Quraisy”

Ketika pada masanya terjadi musim paceklik, maka selama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak samin.

Qatadah rhm berkata, “’Umar mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia berkeliling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pundaknya untuk mendidik orang-orang”

Anas Radhiallahu Anhu berkata, “Aku melihat em-pat tambalan di baju ‘Umar di antara dua pundaknya”

Suatu hari beliau menjenguk ‘Ashim, putranya. Beliau dapati anaknya sedang makan daging. ‘Umar berkata, “Apa ini?” ‘Ashim menjawab, “Kami sedang berselera untuk makan daging”, ‘Umar berkata, “Apakah setiap kali engkau berselera sesuatu engkau akan mema-kannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika seseorang memakan semua yang diinginkannya”

C. Rasa Takutnya Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Anas bin Malik rda berkata, “Aku pernah masuk satu kebun lalu aku men-dengar ‘Umar berkata –antara aku dan dia terhalang sebuah tembok–, ’Umar bin al-Khaththab Amirul Mukminin, ah!! ah!! Sungguh engkau harus takut kepada Allah wahai anak al-Khaththab, atau kalau tidak maka Allah akan me-nyiksamu”

al-Hasan Radhiallahu Anhu berkata, “Kadang-kadang ketika ‘Umar membaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit hingga dijenguk berhari-hari”

Muhammad bin Sirin Rahimahullah berkata, “Suatu hari mertua ‘Umar datang me-nemuinya, lalu ia minta supaya ‘Umar memberinya sejumlah uang dari Baitul Mal. ‘Umar membentaknya seraya ber-kata, “Engkau ingin agar aku menghadap Allah sebagai raja yang berkhianat?” kemudian ‘Umar memberinya dari hartanya sendiri sebanyak sepuluh ribu dirham.

Demikianlah sikap wara’ ‘Umar Radhiallahu Anhu, hingga an-Nakha’i berkata, “Sesung-guhnya ‘Umar biasa berdagang pada-hal beliau adalah seorang khalifah”

‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu Anhu berkata, “Aku tidak pernah melihat ‘Umar marah lalu disebut nama Allah di sisinya atau seseorang membaca ayat al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera mengurungkan niatnya”

D. Keutamaannya.

Ibnu ‘Umar rda dan Abu Hurai-rah rda berkata bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi berada di samping sumur yang ada embernya. Lalu aku menimba dari sumur itu sampai apa yang dikehendaki Allah. Kemudian ember itu diambil oleh Abu Bakar lalu ia menimba satu atau dua ember dan pada timbaannya ada kelemahan tetapi Allah mengampuninya. Kemudian datanglah ‘Umar lalu ia pun mengambil air dari sumur itu maka di tangannya ember tersebut berubah menjadi besar. Aku tidak pernah melihat orang kuat dari kalangan manusia yang berbuat menakjubkan seperti yang dilakukan olehnya sehingga orang-orang pun minum dengan puasnya” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)

an-Nawawi rhm berkata bahwa hal ini adalah isyarat tentang kekhilafahan Abu Bakar dan ‘Umar, serta banyaknya futūhāt (pembukaan negeri) serta ber-jayanya Islam pada masa ‘Umar.

Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu Anhu berkata, “Sesungguhnya masuk Islamnya ‘Umar sebuah kemenangan besar, hijrahnya merupakan tanda pertolongan Allah, dan khilafahnya merupakan rahmat dari-Nya bagi kaum muslimin. Kami tidak ada yang berani shalat di Ka’bah secara terang-terangan hingga ‘Umar masuk Islam”

Perkataan Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu Anhu tersebut menggambarkan kepada kita begitu pentingnya ‘Umar bin al-Khath-thab bagi perjalanan agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu Anhu berkata, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Wahai Ibnu al-Khaththab (‘Umar), demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan menemuimu berjalan di satu jalan melainkan ia mengambil jalan lain yang bukan jalanmu” (HR. al-Bu-khāriy dan Muslim)

‘Aisyah Radhiallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Sesunggguhnya aku melihat setan, jin dan manusia lari dari Umar” (HR. at-Tirmidziy)

Ibnu ‘Umar Radhiallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Ketika aku sedang tidur aku meminum susu hingga aku lihat rasa puas me-ngalir sampai di kuku-kukuku kemudian aku berikan susu tersebut kepada ‘Umar. Para sahabat berkata, “Apa yang engkau ta’wilkan tentang mimpi itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: Ilmu” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)

E. Pujian Para Sahabat dan as-Salaf Terhadapnya.

Abu Bakar ash Shiddiq Radhiallahu Anhu berkata, “Tidak ada seorang laki-laki yang lebih aku cintai di muka bumi ini selain dari ‘Umar”

Abu Bakar Radhiallahu Anhu tidak melihat orang yang lebih tepat untuk memegang ja-batan khilafah sepeninggal beliau selain ‘Umar Radhiallahu Anhu, maka beliau pun berwasiat agar penggantinya sebagai khalifah adalah ‘Umar Radhiallahu Anhu. Ketika orang-orang bertanya kepada Abu Bakar, “Apa yang akan engkau katakan kepada Rabb-mu sementara engkau te-lah menunjuk ‘Umar sebagai khalifah?” Beliau menjawab, “Akan aku katakan kepada-Nya, aku tunjuk untuk memimpin mereka orang yang terbaik di antara mereka”

Ibnu ‘Umar Radhiallahu Anhu berkata, “Aku tidak melihat seorang laki-laki pun setelah Nabi Salallahu Alaihi Wasalam semenjak beliau wafat, orang yang lebih tegas dan pemurah selain dari ‘Umar”

Hudzaifah bin al-Yaman Radhiallahu Anhu berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang laki-laki yang tidak takut di jalan Allah kepada celaan orang-orang yang suka mencela selain ‘Umar”

F. Wafatnya.

Anas bin Malik Radhiallahu Anhu berkata bahwa Nabi Salallahu Alaihi Wasalam pernah naik ke bukit Uhud dan bersama beliau ada Abu Bakar Radhiallahu Anhu, ‘Umar Radhiallahu Anhu dan ‘Utsman Radhiallahu Anhu. Tiba-tiba bukit Uhud bergetar, maka beliau meng-hentakkan kakinya seraya berkata, “Tenanglah wahai Uhud, tidak ada yang di atasmu selain Nabi atau shiddiq atau dua orang syahid” (HR. al-Bukhāriy)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa ‘Umar akan dibunuh sebagai syahid. Dan memang terbukti.

Ketika beliau sedang bersiap-siap untuk mengimami shalat Shubuh, tiba-tiba muncul seorang Majusi yang bernama Abu Lu’lu’ah yang telah lama memendam kebencian kepada ‘Umar, sebilah belati dia tikamkan ke pundak dan pinggang ‘Umar. Beliaupun terjatuh dan segera diboyong ke rumahnya.

Para shahabat yang menengoknya menghibur ‘Umar dengan menyebut-kan jasa-jasa kebaikannya. Tetapi beliau berkata, “Sungguh demi Allah, aku berharap seandainya aku keluar dari dunia ini dengan impas, tidak ada dosa dan tidak ada pahala bagiku, sedangkan persahabatanku dengan Rasulullah tetap kumiliki”. Kemudian beliau berkata pula, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang Muslim”

G. Kabar Gembira Baginya.

Abu Hurairah Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

“Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi berada di surga. Tiba-tiba aku melihat seorang wanita sedang berwudhu’ di samping sebuah istana lalu aku bertanya, ‘Mi-lik siapakah istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Milik ‘Umar’ Kemudian aku teringat akan sifat cemburumu (wahai ‘Umar) lalu aku pun berpaling ke belakang”. Mendengar itu ‘Umar pun menangis seraya berkata, ‘Apakah terhadapmu aku akan cemburu wahai Rasulullah?” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)

‘Ali bin Abi Thalib rda berkata bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam pernah bersabda:

“Abu Bakar dan ‘Umar adalah penghulu para penghuni syurga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama (al-awwalin) sampai orang-orang yang terakhir (al-akhirin), selain para nabi dan rasul. Janganlah engkau beri tahu mereka berdua –wahai Ali– ketika mereka berdua masih hidup” (HR. Ibnu Mājah dan at-Tirmidziy, dishahihkan oleh al-Albāniy)



Abdullah bin Abbas Radhiallahu Anhu berkata, “Ketika ‘Umar telah diletakkan di atas pembaringannya (sehabis ditikam), maka orang-orang mengelilingi dan mendoakannya sebelum beliau diang-kat, ketika itu aku berada di antara mereka, tiba-tiba seorang laki-laki muncul dari belakangku sambil memegang pundakku, ternyata ia adalah ‘Ali. Ia mendoakan rahmat bagi ‘Umar seraya berkata, “Tidaklah aku tinggalkan seorang laki-laki yang aku ingin menghadap kepada Allah dengan membawa amal seperti amalnya selain engkau wahai ‘Umar. Demi Allah, aku menduga bahwa Allah akan mengumpulkanmu bersama kedua shahabatmu, sering sekali aku mendengar Nabi berkata, ‘Aku pergi bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan ‘Umar” (HR. al-Bukhāriy).

Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atasmu wahai shahabat mulia.

Semerbak harum syurga menung-gumu dengan penuh kerinduan.

Dan kami haturkan berjuta terima kasih atas perjuanganmu!

Semoga perjuangan dan keteladananmu dapat kami contoh!

Salam Ukhuwah,.....dari Soldier Of Islam,...Cutte Mumett,...
Masjid Umar Ibnu Khottob : Sebagai Sarana Membentuk dan melahirkan Generasi Militan dan Revolusioner,....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar