Buku Gurita Cikeas

Selasa, 19 Oktober 2010

Buku Gurita Cikeas - Setelah adanya kabar penarikan buku karya George Aditjondro berjudul Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Century, banyak penelepon ke distributor buku, penulis, maupun penerbitnya, PT Galang Press untuk memesan buku tersebut. Telepon itu terutama datang dari kalangan akademisi.

Buku Membongkar Gurita Cikeas - Galang Press berencana akan mencetak lagi buku itu mulai Senin (27/12) sebanyak 5.000 eksemplar. "Sambil menunggu perkembangan, rencananya buku ini akan kami cetak ulang untuk memenuhi permintaan dari teman-teman akademisi," kata Direktur Utama Galang Press, Julius Felicianus, saat dihubungi Republika, Ahad (27/12). Dia mengungkapkan bahwa rata-rata perguruan tinggi memesan 25 eksemplar buku tersebut.Dia menambahkan bahwa buku tersebut diluncurkan dengan pesan agar kanker korupsi ang menggerogoti Indonesia tidak semakin parah. Buku Gurita Cikeas tersebut, kata dia, merupakan kajian ilmiah yang dilengkapi dengan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Julius buku tersebut mulanya dicetak sebanyak 4000 eksemplar dan sekitar 70 persen didistribusikan ke Jakarta melalui jaringan Gramedia. Dia sendiri sampai hari ini mengaku tidak tahu siapa yang memerintahkan penarikan buku tersebut. nri/irf (Source : Republika)

Galeri Admin

Sabtu, 31 Juli 2010





































Fathimah Az-Zahra Manusia Sempurna

Minggu, 16 Mei 2010

Fathimah Az-Zahra s.a. adalah putri Rasulullah SAW yang memiliki kedudukan mulia di sisi Rasul dan di hadapan Allah SWT. Sedemikian mulianya kedudukan Az-Zahra, sampai-sampai Rasul bersabda, “Farthimah adalah belahan badanku, siapa yang menyakitinya, maka dia telah menyakitiku dan siapa yang membahagiakannya, maka dia telah membahagiakanku.”

Pada tanggal 20 Jumadits-Tsani, lima tahun setelah kenabian, hati Muhammad SAWW dan Khadijah s.a. dipenuhi kebahagiaan atas kelahiran putri mereka. Allah SWT pun menurunkan surat Al-Kautsar berkenaan dengan kelahiran perempuan mulia ini. Atas perintah Allah, Rasul memberi anak perempuannya itu nama Fathimah. Fathimah bagaikan mutiara di dalam rumah wahyu Rasulullah dan dia mengenal ma’rifat Ilahi yang tertinggi di dalam rumah itu. Kecintaan yang mendalam dari Rasulullah terhadap Fathimah menunjukkan nilai dan posisi perempuan dalam pandangan Islam. Fathimah dengan potensi maknawiah yang dimilikinya mengejawantahkan ayat-ayat Ilahi mengenai kedudukan perempuan dalam individu, dalam keluarga, dan dalam masyarakat dengan sempurna dan penuh cahaya.

Dalam pandangan Islam, pembicaraan mengenai penyempurnaan jiwa dan maknawi tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi untuk menerima ajaran samawi Al-Quran. Allah SWT dalam Al-Quran memberikan contoh perempuan-perempuan yang patut dijadikan teladan umat manusia, yaitu Sayyidah Maryam dan Asiah, istri Firaun. Dalam surat An-Nahal ayat 97 Allah berfirman, “Siapapun yang melakukan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, dan ia beriman, Kami pasti akan memberinya kehidupan yang menyenangkan dan Kami akan memberi mereka pahala sebaik-baiknya sesuai dengan yang mereka kerjakan.”

Laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam kemampuan akal dan kebijaksanaan, dalam menentukan dan memilih jalan hidup yang benar, serta dalam menemukan hakikat kebenaran. Kaum perempuan, sebagaimana laki-laki, memiliki potensi untuk mencapai posisi ruhani yang tinggi. Allah SWT juga menegaskan bahwa orang terbaik di antara umat manusia adalah mereka yang bertakwa, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Fathimah Az-Zahra s.a. dalam usianya yang singkat telah mampu mencapai derajat ruhani dan maknawi yang amat tinggi, sehingga Rasulullah pernah bersabda, “Allah marah ketika Fathimah marah dan senang ketika Fathimah merasa senang.” Artinya, segala perilaku Az-Zahra sedemikan sesuainya dengan perintah Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan Az-Zahra pasti berdasarkan aturan Allah dan segala sesuatu yang tidak disukai Fathimah pastilah sesuatu yang tidak disukai Allah pula.

Fathimah Az-Zahra adalah seorang hamba yang menyembah Tuhannya dengan penuh kecintaan. Suatu hari Rasulullah bertanya kepada putrinya, “Wahai Fathimah, apakah yang kau inginkan sekarang? Saat ini di sampingku ada malaikat penyampai wahyu dan membawa pesan dari Allah bahwa apapun yang kau minta akan dikabulkan Allah.”

Fathimah menjawab, “Kenikmatan ketika menyembah Allah telah membuatku tidak menginginkan apa-apa lagi selain keinginan agar aku bisa melihat keindahan Allah.”

Tidak dapat disangkal lagi, penciptaan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan-perbedaan yang akan membawa kepada perbedaan dan hak masing-masing pihak dalam kehidupan sosial dan keluarga. Namun, perbedaan itu merupakan pelengkap satu sama lain. Laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari sebuah kesatuan yang jika saling berdampingan, kesatuan itu menjadi sempurna dan seimbang. Setiap pihak dalam kesatuan ini memiliki perannya sendiri-sendiri yang saling melengkapi. Tidak ada satupun perbedaan di antara laki-laki dan perempuan yang membuat satu pihak lebih baik daripada pihak yang lain.

Dengan sudut pandang seperti ini, kita bisa memahami bahwa tanggung jawab terbesar dalam mendidik jiwa dan raga anak diserahkan kepada perempuan. Baik sebelum atau sesudah melahirkan anak, seorang ibu harus memberikan ketenangan kepada anaknya sehingga si anak bisa merasakan kasih sayang dan cahaya ibu di dalam hatinya. Tanggung jawab seorang ibu yang diberikan Allah kepada perempuan adalah tanggung jawab yang amat besar dan berat. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa Allah telah memilih perempuan untuk menjadi pendidik generasi umat manusia.

Fathimah Az-Zahra s.a. telah menjalankan tugas Allah ini secara sempurna. Dalam rumahnya yang kecil, Az-zahra telah mempersembahkan tokoh-tokoh besar kepada umat manusia yang selalu tercatat dalam sejarah sebagai orang-orang yang melakukan perubahan. Mereka adalah Imam Hasan, Imam Husain, dan Sayyidah Zainab alaihimussalam.

Fathimah az-Zahra menganggap bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung jawab terbesarnya karena menurut beliau, keluarga adalah unit paling utama dalam masyarakat dan unit yang paling dicintai Allah. Jika lingkungan keluarga penuh kehangatan dan penuh cahaya, bisa dipastikan masyarakat pun akan selamat dan bahagia.

Dalam sisi keluarga, Islam memberikan posisi dan martabat yang istimewa bagi perempuan. Dalam Al-Quran, Allah menyatakan bahwa untuk kaum lelaki, diciptakanlah istri-istri dari jenis mereka. Artinya, perempuan diciptakan dari jenis dan zat yang sama dengan kaum lelaki. Ayat ini pun merupakan penggambaran yang indah dari peran perempuan yang memberikan ketenangan dan ketentraman dalam keluarga. Oleh karena itu, seharusnya hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga berupa hubungan yang penuh persahabatan dan kasih sayang.

Sejarah mencatat, Fathimah Az-Zahra s.a. selalu menjadi pendukung dan pendamping suaminya Imam Ali a.s., dalam setiap krisis politik dan sosial yang dihadapinya. Setiap kali Imam Ali pulang ke rumah setelah lelah bekerja seharian, sambutan dan kasih sayang yang diperlihatkan Az-Zahra telah menghilangkan kelelahan itu. Az-Zahra pernah berkata kepada suaminya, “Wahai Abal-Hasan, aku merasa malu kepada Allah bila meminta sesuatu yang di luar dari kemampuan dan kekuatanmu untuk memenuhinya.”

Dalam masyarakat, Az-Zahra juga melaksanakan tanggung jawabnya dengan amat baik. Beliau bangkit menegakkan kebenaran di tengah masyarakat. Kehadiran beliau di tengah masyarakat menunjukkan betapa pentingnya keikutsertaan kaum perempuan dalam menentukan nasib masyarakat. Adanya hak kaum perempuan untuk berperan dalam politik disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Misalnya, dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 disebutkan bahwa jika sekelompok perempuan datang dan menyatakan bai’at atau kesetiaan kepada Rasul, Allah menyuruh Rasul untuk menerima baiat tersebut. Baiat merupakan simbol kesetiaan politik. Artinya, wanita diberi hak untuk berperan dalam bidang politik.

Dalam surat Al-Ahzab disebutkan mengenai hijrahnya kaum muslimin dari Mekah ke Madinah, sebuah langkah politik yang juga diikutsertai oleh kaum perempuan. Al-Quran juga menyebutkan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Dalam surat An-Nisa disebutkan pula kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam masalah ekonomi. Allah berfirman bahwa laki-laki memperoleh hasil dari apa yang mereka kerjakan, dan begitupula, perempuan akan mendapatkan hasil dari pekerjaan mereka.

Sejarah juga mencatat bahwa Fathimah Az-Zahra s.a. hadir di medan peperangan di masa hidupnya Rasulullah. Dalam perang Khandak, kota Madinah dikepung oleh musuh. Saat itu, Az-Zahra membuat roti dan memenuhi sebagian kebutuhan para mujahidin. Suatu hari, Az-Zahra pergi ke garis depan untuk menemui ayahnya, lalu berkata, “Ayah, aku telah membuat roti untuk anak-anakku, namun aku teringat kepadamu dan mengkhawatirkanmu. Oleh karena itu, aku antar roti ini kepadamu.”

Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, ini adalah makanan pertama yang masuk ke perutku dalam tiga hari ini.”

Seluruh catatan sejarah yang kami kemukakan tadi membuktikan bahwa Fathimah Az-Zahra s.a. telah melaksanakan seluruh kewajibannya sebagai seorang perempuan, baik sebagai individu, dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Semua itu membuktikan derajat beliau sebagai seorang manusia yang sempurna di sisi Allah SWT dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia, terutama kaum perempuan.

Az-Zahra pernah mengatakan, “Allah menjadikan iman sebagai pembersih dirimu dari syirik. Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang bersabar dalam menghadapi kesulitan dan rintangan.”



Azzahra as Dalam Catatan Sejumlah Pemikir Barat

Aldus Leonard Hocksley, seorang penulis Inggris dalam novelnya yang berjudul “Dunia Baru yang Indah” mengisahkan sebuah pabrik yang memproduksi manusia dengan karakteristik yang homogen. Manusia-manusia buatan pabrik itu hidup di sebuah kota dan menjalani hidup dengan cara yang sama. Manusia-manusia pabrik itu seumur hidup menjadi pekerja dan membaktikan hidup pada pekerjaan yang sudah ditetapkan bagi mereka. Mereka tidak lagi memiliki emosi dan perasaan apapun. Mereka hidup bagaikan robot yang menurut pada apa saja yang diperintahkan kepada mereka.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak novel tersebut dibuat oleh Hocksley. Namun, khayalan Hocksley itu kini malah menjadi kenyataan yang mengerikan. Umat manusia di dunia, kota-kota tempat tinggal mereka, dan keinginan-keinginan mereka serupa satu sama lain. Fasilitas dan cara hidup umat manusia di berbagai penjuru dunia menyerupai cara hidup orang-orang Barat. Inilah kenyataan yang disebut sebagai globalisasi budaya.

Dunia Barat dengan kemajuan teknologi dan kekuatan ekonomi yang sangat besar selama bertahun-tahun memaksakan keinginan dan pandangan mereka kepada negara-negara lain di seluruh dunia. Para teoritis Barat di satu sisi berhipotesis bahwa sampainya sebuah masyarakat kepada sebuah tatanan kapitalis sebagaimana yang ada di Barat adalah akhir dari seluruh perjalanan umat mansuia. Di sisi lain, dengan merendahkan nilai-nilai dan kebudayaan negara lain, mereka memaksa negara-negara lain untuk menerima cara hidup Barat.

Profesor Herbert I. Schiler, dosen di Universitas California mengindentifikasi proses ini sebagai sebuah imperialisme budaya. Dia menulis, “Kata imperialisme budaya menunjukkan sejenis infiltrasi sosial yang dengan cara itu, sebuah negara memaksakan perilaku dan cara hidupnya kepada negara-negara lain.”

Kaum perempuan di semua bangsa memiliki tempat yang khusus dalam pembentukan sejarah, budaya, dan kebudayaan bangsa itu. Peran mereka dalam menjatuhkan atau menegakkan sebuah peradaban juga tidak bisa diingkari. Oleh karena itulah Barat dalam penyusunan program mereka memanfaatkan perempuan. Kaum perempuan dianggap sebagai sebuah poin penting dalam aktivitas politik budaya mereka. Masalah hubungan laki-laki dan perempuan, serta kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat dijadikan isyu oleh Barat untuk memaksakan teori-teori mereka kepada dunia. Selama beberapa dekade terakhir ini, dengan alasan menegakkan hak-hak perempuan, mereka berusaha untuk memaksakan pola hidup kaum perempuan mereka kepada negara-negara lain. Barat bahkan memanfaatkan PBB untuk melegitimasi pengglobalisasian budaya ini.

Namun, ada satu poin yang tidak dibahas dalam novel Hocksley tersebut, yaitu perbedaan esensi antara manusia alami dengan mansuia buatan pabrik. Hocksley telah menciptakan globalisasi budaya dalam novelnya tanpa memperhatikan adanya kenyataan fitri dan nurani yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, meskipun kini masyarakat dunia menjalani kehidupan yang homogen dan monoton karena propaganda Barat yang amat luas, namun jiwa mereka secara alami tidak bisa menerima gaya hidup yang penuh pengulangan, ketaklidan, dan ketiadaan jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa”.

Bersama dengan berlalunya zaman, letupan kelelahan untuk mengikuti cara hidup manusia Barat akan muncul semakin besar. Gerakan-gerakan dan aksi-aksi demontrasi masyarakat di berbagai penjuru dunia terhadap Barat membuktikan bahwa umat mansuia sudah merasa lelah mengikuti pola hidup Barat. Kaum perempuan di dunia, termasuk di Barat sendiri, selama akhir dekade lalu mulai menyuarakan agar kaum perempuan kembali kepada nilai-nilai maknawiah, akhlak, dan kesucian kemanusiaan. Mereka menginginkan agar posisi kemanusiaan dan faktor-faktor penjaga dan pelindung keluarga ditinjau ulang, serta mencari teladan yang bisa menunjukkan jalan kebahagiaan dan keberuntungan kepada mereka.

Agama Islam sejak ribuan tahun yang lalu telah menunjukkan kepada umat manusia teladan-teladan yang sempurna. Salah satu di antara manusia sempurna itu adalah Fathimah Az-Zahra s.a. putri mulia dari rasulullah Muhammad SAWW. Kehidupan Az-Zahra bukanlah kehidupan sederhana seorang perempuan biasa. Kehidupan Az-Zahra dipenuhi oleh kejadian-kejadian yang menakjubkan yang terus tercatat dalam sejarah dan selalu bisa diaplikasikan dan diambil hikmahnya sepanjang zaman.

Fathimah Az-Zahra mengajarkan keapda kita bahwa manusia adalah makhluk yang mulia. Cinta, keimanan, usaha, serta makrifat menjadi hiasan bagi kemuliaannya itu. Dengan melakukan kebaikan-kebaikan, manusia akan pergi meninggalkan dunia materi dan mencapai puncak kesempurnaan maknawi. Az-Zahra juga mengajarkan kepada manusia agar saling mencintai, saling bersahabat satu sama lain, saling berkorban, menempa diri agar menajdi pembela kebenaran, dan menjauhkan diri dari kerendahan dan ketaklidan yang membabi- buta. Sedemikian mulianya Az-Zahra, sampai-sampai Rasulullah mendeskripsikan putrinya itu dengan kalimat sebagai berikut. “Seandainya kebaikan dan keindahan menjelma menjadi manusia, manusia itu adalah Fathimah Az-Zahra.”

Dewasa ini, dunia hanya membicarakan masalah hak-hak kaum perempuan. Namun, dalam pandangan Fathimah Az-zahra s.a., hak-hak perempuan berkaitan erat dengan akhlak dan keimanan. Sebagaimana pengorbanan, ketakwaan, rendah hati, dan kekuatan jiwa yang dianggap sebagai akhlak yang suci, pengenalan dan pembelaan terhadap hak-hak perempuan juga merupakan hal yang suci. Oleh karena itu, Az-Zahra selain mengejawantahkan nilai-nilai iman, ikhlas, kejujuran, kehormatan dan kepemaafan, juga berjuang dalam menegakkan hak-hak kaumnya.

Dalam pandangan Az-Zahra s.a., kehadiran perempuan di rumah dan perannya dalam keluarga sama sekali tidak menghalangi perempuan dari masyarakat dan perkembangan sosial. Bahkan, justru perempuanlah yang bertugas untuk membangun pondasi masyarakat dan membangun masa depan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, Az-Zahra menekankan agar kaum perempuan mengembangkan potensinya sebaik mungkin sehingga bisa hadir dalam masyarakat sebagai manusia yang sempurna. Perempuan yang sempurna selalu melihat jatidirinya sebagai makhluk Sang Pencipta yang merupakan sumber cahaya dan keindahan. Dengan cahaya Ilahi itu, dia berkhidmat kepada masyarakat dan kemanusiaan serta mendidik manusia-manusia yang saleh dan berkemampuan tinggi.

Fathimah Az-Zahra adalah teladan paling sempurna bagi kaum perempuan dalam menjalani kehidupan mereka. Rasulullah SAWW pernah bersabda, “Putriku Fathimah, adalah perempuan terbaik di seluruh alam, sejak pertama kali perempuan diciptakan hingga kelak di akhir zaman. Dia adalah cahaya mata dan buah hatiku. Fathimah adalah bidadari dalam wujud manusia. Ketika dia bangkit mendirikan shalat, cahayanya di mata para malaikat bagaikan cahaya bintang di mata para penduduk bumi.”

 Post By : Ristianti Ratna Aprilia

YANG TIDAK BISA DI UCAPKAN SEORANG AYAH

Jumat, 14 Mei 2010

YANG TIDAK BISA DI UCAPKAN SEORANG AYAH

Gw dapet artikel ini dari notes temen gue juga..jadi, karena isinya bagus gue copy dan gue sebarin ke kalian2 semua.. baca deh..bener2 bikin terharu..mungkin isinya emang lebih ke cewwk. tapi buat gue, yang cowok juga perlu tahu.. paling nggak, inget sama Ayah kalian dengan kenangan2 yang berbeda.. selamat membaca!

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?


Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya",
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?


Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata:

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?


Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu,
Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,

Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu,
kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah di kota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?


Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT.... kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?


Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?


Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, babe atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali

membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !

DI TULIS OLEH : Oryza Sativa

LAWAN DAN TUMBANGKAN (PAHLAWAN DAN PERUBAHAN)

Kamis, 14 Januari 2010

Saudaraku....!
Akan tetapi ilmu yang membawa kepada keikhlasanlah yang membawa pada terciptanya pahlawan mulia dan perubahan bijak, yaitu keikhlasan untuk selalu mengesakan Allah dalam segala konteks pengabdian, termasuk konteks tujuan serta membuang jauh-jauh penyekutuan konteks-konteks tersebut dengan unsur selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala, inilah hakekat Islam dan tauhid.

Bahkan, inilah hakekat tujuan mencari ilmu yang sesungguhnya. Karena, kita bukan hanya ingin menjadi pahlawan yang suci di mata manusia atau pahlawan apa saja, tetapi kita ingin menjadi pahlawan yang diridhai Allah, Zat satu-satu-Nya dan penentu sejarah atau perubahan serta menjadi pahlawan kebajikan dan kemuliaan.

Karena itu, saat Allah Subhanahu Wa Ta'ala para Rasul yang merupakan tokoh-tokoh pahlawan mulia dan agung, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan mereka dengan 2 sifat utama kesuksesan mereka : Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (Qs. 38:45)

Walaupun para ulama salaf seperti yang dinukil oleh Syeikh Abdul ‘Aziz bin Nashir Al Julail dalam kitab “Waqafat Tarbawiyyah fii Dhaui Al Qur’an Al Karim” (1/490-490) yang terlukiskan di bawah ini berbeda pendapat tentang kedua itu, akan tetapi hal tersebut hanya bersifat redaksionil yang intinya kembali kepada 3 hal : ilmu, keikhlasan dan amal.

Ibnu ‘Abbas ra berkata : adalah ( yang mempunyai kekuatan dalam taat kepada Allah dan Ma’rifah tentang Allah)

Al Kulabi berkata : (yang mempunyai kekuatan dalam ibadah dan ilmu tentangnya) Mujahid berkata : (Al Aydi artinya kekuatan dalam taat kepada Allah dan Al-Abshar adalah pengetahuan tentang kebenaran) Sedangkan Sa’ied bin Jubair berkata : (Al Aydi adalah kekuatan dalam beramal dan Al Abshar adalah pengetahuan mereka tentang dien yang harus mereka miliki)

Ilmu yang melahirkan keikhlasan telah, sedang dan akan melahirkan para pahlawan dalam sejarah perubahan manusia dan kemanusiaan di dunia. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadi saksi bahwa ilmu yang melahirkan keikhlasanlah yang menjadi saksi perubahan sejarah kebenaran yang amat besar dan gemilang, itulah ilmu yang membawa persaksian tauhid dan kebenaran Dien Islam.

Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Qs. 3:18-19)

Mujahadah dan Istiqomah
Jika kita memperhatikan kamus berbahasa tentang arti mujahadah yang berasal dari kata Al Juhd dan Al Jahd, maka kita akan melihat adanya hubungan erat yang amat kuat antara kedua arti tersebut:

1. yang berarti (kemampuan dan kesanggupan)
2. yang berarti (beban berat, finish dan tujuan)

(Lihat Al Mu’jam Al Wasith : 1/142)

Jika kita dihadapkan pada suatu beban berat untuk mencapai satu tujuan yang disitulah finish kita yang sesungguhnya, tentu semua kemampuan dan kesanggupan akan kita kerahkan untuk menggapai dan mencapainya, walaupun di awalnya harus dimulai dengan satu kata “Pemaksaan”. Itulah hakekat mujahada dan inilah yang akan membawa orang pada istiqomah yang tidak lain merupakan buah dari mujahadah. Istiqomah itulah hakekat kepahlawanan yang terhormat, karena istiqomah berarti seperti yang diterangkan Ibnu Qayyim rahimahulloh adalah :

“Berdiri tegak di hadapan Allah atas dasar hakekat kejujuran dan penunaian” (Lihat : Tahzib Madarij As Salikin)

Seorang pejuang agung dan jujur, Rasulullah saw telah menjelmakan semua karaktersitik ini dalam peristiwa awal kenabian. Permulaan kenabian yang hari-harinya begitu berat. Bukan karena keengganan, tetapi memang Rasulullah saw yang tiba-tiba diangkat memikul amanah agung, yaitu kerasulan merasakan betapa berat dan tidak ringannya memikul amanah tersebut.

Di sela pengasingannya yang hening di Gua Hira, Malaikat Jibril datang memaksa Muhammad “Bacalah”. Tetapi Muhammad menjawab “Aku tidak bisa membaca”. Jibril kembali mengulang. Bahkan ia merangkul Muhammad hingga ia merasa sesak. “Bacalah” kata Jibril. Muhammad kembali menjawab “Aku tidak bisa membaca”.

Jibril kembali “memaksa” juga dengan merangkulnya hingga sesak, kemudian melepaskannya seraya berkata “Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah.

Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang itdak diketahuinya”. (Qs. 96:1-5).

Rasulullah saw mengulang bacaan itu dengan hati bergetar. Begitulah, sebuah babakan penting kehidupan seorang Rasulullah. Bahkan kemudian menjadi episode sangat vital bagi keseluruhan kehidupan umat manusia. Bahwa “pemaksaan” yang merupakan inti mujahadah awal dari perubahan sangat spektakuler dari segala pentas kehidupan di atas dunia ini.

Babakan pemaksaan belum berhenti. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa beberapa sesudah itu, Rasulullah berjalan. Tiba-tiba mendengar sebuah dari langit. Ia mendongakkan pandangan ke arah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatanginya di Gua Hira sedang duduk di sebuah kursi, menggantung di antara langit dan bumi. Rasul menuturkan kisahnya “Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerambab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan selimutilah aku, selimutilah aku”.

Ternyata justru Jibril membawa wahyu Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan ! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (Qs. 74:1-7)

Rasulullah berselimut itu dipaksa bangun lagi. Untuk menerima amanah baru : Mengagungkan Allah dan memberikan indzar kepada manusia. Bahkan, seperti yang digambarkan oleh Syeikh Shafiyurrahman Al Mubarokfury dalam kitab “Ar Rahiq Al Maktum” (73) bahwa itulah kalimat agung yang menggetarkan. Sebuah kalimat yang memaksa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam mencabut diri dari kelembutan kasur pembaringannya pada sebuah rumah yang sejuk dan asuhan yang menghangatkan untuk siap terjun ke kancah, di antara arus dan gelombang, antara yang keras dan yang menarik menurut perasaan manusia, terjun ke kancah kehidupan.

Maka, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bangkit dan setelah itu selama dua puluh lima tahun tidak pernah istirahat dan diam, tidak untuk hidup diri sendiri dan keluarga beliau.

Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban berat yang diatas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan tugas amanah yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan manusia, tanggung jawab aqidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Beliau pernah hidup di medan peperangan secara terus menerus dan berkepanjangan selam dua puluh tahun. Urusan demi urusan tidak pernha lekang selama itu, semenjak beliau mendengar seraun yang agung dan mendapat kewajiban tersebut.

Itulah pula yang pernah tertulis dalam lembaran Ashabul Kahfi yang menggambarkan para pemuda mujahid yang tetap istiqomah dalam tauhid, walaupun kekuatan sang thaghut begitu dahsyat berusaha melenyapkan jiwa-jiwa kepahlawanan mereka. Jiwa-jiwa kepahlawanan itulah yang mengantarkan mereka bertemu dalam satu wadah perjuangan dengan bermujahadah dan istiqomah di jalan tauhid.

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia ilah-ilah (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka) Siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengadakan kebohongan terhadap Allah. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu akan mendapat seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Qs. 18:13-17)

Iman dan Nashr

Sebuah iftitahiyyah yang ditujukan kepada para Mujahidin Afgan, para Ulama Mesir mengungkapkan satu nasehat yang berharga :

“Sesungguhnya jalan jihad (perjuangan yang berisi kepahlawanan) fi sabilillah adalah jalan panjang yang tidak akan mampu dipikul kecuali oleh rojul-rojul yang tangguh, yang mempunyai jiwa keimanan, jiwa besar dan semangat yang besar dan semangat yang membara. Sedangkan jiwa-jiwa yang rendah dan kalbu yang kosong iman akan selalu tak beranjak dari start jalannya, itulah yang diingatkan Allah swt :

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka (Qs. 9:42)

Kekokohan iman yang melahirkan nashrullah itulah yang akan memperoleh jiwa-jiwa pahlawan saat mereka masuk dalam kancah operasional nashrullah. Itulah janji Allah yang didengungkan untuk para pahlawan yang berjiaw besar, bukan yang hidup hanya untuk diri atau keluarganya semata

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Qs. 47:7)

Imanlah yang mendorong seorang rojul kurus kering secara fisik, Habib An Najjar dalam kisah Yasin menjadi pahlawan besar dalam sejarah aktor penolong agama Allah dalam kancah pertempuran yang langsung melibatkan Rabbul ‘Alamin dalam kemurkaan yang amat dashyat. Saat sang pahlawan mati karena kedzaliman. Murka Allah yang membumi hanguskan seluruh umat yang didakwahkan sang pahlawan tersebut tanpa sisa. Sang pahlawan yang lemah secara fisik itupun tergores dalam tinta sejarah emas yang mengharumkan.

Itulah sekelumit komentar yang dikatakan oleh Dr Abdul Karim Zaidan dalam kitab yang sama (1/548) :

“Kami ceritakan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang seorang penduduk pedesaan yang beriman

Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata : “Hai kaumku ikutilah utusan-utusanmu itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Mengapa aku tidak menyembah (Ilah) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu (semua) akan dikembalikan ? Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku ? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabbmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku (Qs. 36:20-25)

Demikianlah iman yang sinar cahayanya menusuk jantung jiwa. Dia dapat mendorong pemiliknya melakukan konsekwensi imannya, dakwah kepada Allah dan jihad di jalan-Nya”

Rahasia apa yang ada dalam iman dan nashr pada jiwa pahlawan yang membara itu. Sayyid Quthb ketika merenungi ayat tentang kisah Syu’aib memberikan gambaran :

Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata : “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib : “Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya”.

Sungguh kami telah mengada-ngadakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Rabb kami menghendaki(nya). Pengetahuan Rabb kami mengetahui segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Rabb kami, berilah kami keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Qs. 7:88-89)

“Akan tetapi, Syu’aib setinggi ia angkat kepalanya dan selantang dia tinggikan suaranya di hadapan sang thaghut manusia di kalangan pemuka kaumnya. Serta serendah dia tundukkan dirinya dan setotal dia serahkan jiwanya menghadapi Rabbul Jalil yang ilmu-Nya mencakup segala sesuatu.

Saat itulah dia sungguh-sungguh menghadap Rabbnya, tidak ada Tuhan lain yang ditinggikan dan tidak dia pastikan segala hal di hadapan qadar-Nya, dia relakan dirinya di bawah komando dan kendali Allah serta dia umumkan ketundukkan dan kepatuhannya, kecuali jika Allah, Rabb kami menghendaki(nya). Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu.

Dia serahkan seluruh urusan mutlaq kepada Allah, Rabbnya..Dia memiliki hak membatalkan apa saja yang diandai-andaikan oleh sang thaghut untuk kembali kepada agama mereka serta dengan gagah mengumumkan kekokohan dirinya dan seluruh kaum mukminin untuk tidak kembali kepada agama mereka, sebuah pengumuman pengingkaran secara mutlaq di awal sikap perjuangan…Akan tetapi, dia tidak bisa memastikan sesuatu di hadapan masyi’ah Allah untuk diri dan kaumnya.

Semua urusan itu diserahkan kepada masyi’ah-Nya. Dia dan orang-orang beriman yang bersamanya tidak mengetahui, sedangkan pengetahuan Rabbul ‘Alamin meliputi segala sesuatu. Hanya kepada ilmu dan masyi’ah Allah mereka berserah dan menyerah.”

Inilah rahasia agung kelahiran pahlawan-pahlawan tanpa tanding sepanjang sejarah kemanusiaan. Rahasia yang ditimbulkan oleh iman yang melebur dengan Nashr terhadap Allah. Dengan iman dan terjun ke kancah nashr yang menjadi konsekwensi iman itulah akan lahir pahlawan-pahlawan mulia sepanjang zaman hingga hari kiamat.

Cutte Mummett

" Soldier Of Islam "
Jadilah Bara untuk memberangus Kemungkaran

PAHLAWAN DAN PERUBAHAN,............Edisi 1 & 2 habiz,..

"Jangan cepat puas, bangga atau bahagia saat nama kita disebut oleh jutaan orang, terukir dengan tinta sejarah atau mungkin dalam kalam Allah sekalipun. Serta jangan cepat pula kecewa, rendah diri atau merana saat nama kita tak pernah disebut oleh lisan-lisan manusia, tak tersebut dalam berita sejarah atau mungkin oleh kalamullah sekalipun”

Persoalannya memang bukan sekedar nama yang disebut atau diukir, tetapi persoalannya adalahdalamkonteks apa nama kita itu disebut dan diukir dalam sejarah? Dengan kebaikan dan kemuliaan atau keburukan dan kehinaan ? Bukankah ada Iblis yang namanya terukir di Lauhul Mahfudz, akan tetapi dalam kerangka la’natullah ?

Bukankah Fir’aun yang gelar kebesarannya terukir dalam Kalamullah akan tetapi dalam kerangka tagha dan kafaro ? Padahal di sisi berseberangan terdapat beberapa tokoh yang namanya tidak disebut secara langsung oleh Allah, akan tetapi sejarah hidup mereka terukir dalam tinta emas Al-Quran yang mulia.

Ada Ahlul Ilmi yang mengukir sejarah di zaman Sulaiman as, ada Rojulun Yas’a yang menoreh kepahlawanan di kisah Yasin, ada Ashhabul Kahfi yang istiqomah ratusan tahun dalam tauhid dan ada pula Ashhabul Ukhdud yang meregang nyawa karena kebesaran jiwa dalam iman di zaman Bani Israel.

Intinya, mereka telah mengukir sejarah kepahlawanan dan perubahan di alam fana ini, walaupun masing-masing berada pada posisi kontradiktif dengan yang lainnya. Kemasyhuran, kemuliaan dan kehormatan telah menjadi ajang perlombaan mereka yang berjiwa besar dengan segala tantangan dan rintangannya.

Ada satu kata kunci yang dapat terlihat dalam perlombaan meraih kemasyhuran, kemuliaan dan kehormatan, yaitu “Merubah sejarah dan menjadi pahlawan di masanya”.

Saudaraku....!
Perubahan dan kepahlawanan adalah 2 fenomena yang tidak dapat berpisah, selalu bersatu dalam satu kata dan fakta. Tidak ada satu perubahan pun yang terjadi tidak ada pahlwan di balik peristiwa tersebut. Di mana ada perubahan di situ ada pahlawan. Di saat muncul pahlawan, sinar perubahan tampak berbinar.

Pahlawan di mulai dari perubahan dan akan melahirkan perubahan. Hanya orang yang bersedia menjadi pahlawan, yang dapat berjiwa besar dan orang yang berjiwa besarlah yang akan menjadi pahlawan perubahan. Di mulai dari perubahan, lalu menjadi pahlawan, hingga terjadi perubahan dan tergapailah kemasyhuran, kemuliaan dan kehormatan. Inilah rahasia firman Allah SWT dalam membangkitkan semangat kepahlawanan :

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka” (Qs. 13:11)

Akan tetapi, saudaraku ! Untuk merubah diri menjadi pahlawan, kita membutuhkan seperangkat bekal yang harus kita miliki. Apa saja bekal itu ? Kita dapat menyimak rahasia-rahasia Al-Quran ketika mengungkapkan kisah kepahlawanan. Dalam Al-Quran yang menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, setidaknya dapat diambil 3 karakteristik utama yang harus dimiliki seorang pahlawan, yaitu :

v Ilmu dan Keikhlasan

Tahukah kita, apa yang menyebabkan terjadinya perubahan besar di awal penciptaan manusia pertama ? Malaikat yang tak pernah lelah bertaqdis kepada Allah SWT itu pun harus patuh menundukkan diri dengan bersujud kepada Adam ?

Walaupun secara kasat mata – seperti yang dilansir Iblis – Adam hanylah sosok makhluk yang diciptakan dari tanah yang tidak lebih mulia dibandingkan dirinya yang tercipta dari api ? 2 makhluk-Nya telah mengukir sejarah mulia, yaitu Adam dan Malaikat, sedangkan satu makhluk-Nya, yaitu Iblis telah mengukir sejarah hina, bahkan la’nat hingga hari kiamat. Ada 2 rahasia yang membuat mulia kedua pahlawan perubahan besar dalam sejarah hidup dan kehidupan sepanjang zaman itu.

1. Adam yang dimuliakan dengan ilmu

Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitab “Al-Fawid” (Hal. 162) memberikan ulasan

“ Allah SWT berkehendak menampakkan kemuliaan dan keutamaan Adam terhadap seluruh makhluk-Nya. Lalu, Allah pun menciptakan makhluk-makhluk itu lebih dahulu daripada Adam.

Karena itu, Malaikat berkata : “Sesungguhnya Rabb kita menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia tidak menciptakan satu makhluk pun yang lebih mulia daripada kami”. Maka, ketika Allah menciptakan Adam dan memerintahkan untuk sujud kepadanya, mulailah jelas keutamaan dan kemuliaan Adam dibandingkan mereka disebabkan ilmu pengetahuan

“Ingatlah ketika Rabb berfirman kepada pada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau’. Rabb berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui’.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kalian orang yang benar!’.

Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman : ‘Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini’.

Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman : ‘Bukankah sudah Kukatakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan akan mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan’. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: ‘Sujudlah kalian kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang kafir. (Qs. 2:30-34)

1. Malaikat yang berkhidmat penuh keikhlasan

Dr. Abdul Karim Zaidan dalam kitab “Al Mustafad Min Qashash Al Quran Ad Da’wah wa Ad Du’at” (1/27) menyimpulkan :

“Allah SWT memerintahkan Malaikat untuk sujud kepada Adam, lalu mereka sujud sebagai wujud penghormatan, pemuliaan, dan pengakuan terhadap kelebihan yang dimilikinya serta dalam rangka taat kepada Allah, Rabbul ‘alamin tanpa ragu dan kaku. Padahal, di Malaul A’ala mereka selalu dalam keadaan bertasbih, takdis dan peribadatan kepada Allah Rabbul ‘alamin yang berkesinambungan.

Kesegeraan para Malaikat sujud kepada Adam, padahal kondisi mereka seperti yang telah kita gambarkan, dikarenakan perintah sujud kepada Adam itu muncul dari Allah, Rabbul ‘alamin. Apa saja yang diperintahkan Allah wajib untuk segera ditunaikan saat itu juga tanpa ragu dan kaku serta tanpa menunggu ilmu pengetahuannya menggapai hikmah perintah tersebut.

Inilah inti keislaman dan inilah sikap seorang muslim : Bersegera mentaati Rabbnya dan menjunjung tinggi perintah-Nya tanpa ragu dan kaku serta tidak dikaitkan dengan pertimbangan lain seperti mengetahui sebabnya, hikmahnya atau disesuaikan dengan akal atau hawa nafsunya. Dalam konteks inilah Al-Quran berbicara yang didalamnya Allah berfirman :

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Qs. 33:36)
Tahukah kita, siapakah yang berhasil membuat sejarah baru dalam mengalahkan ‘Ifrit memindahkan singgasana ratu Balqis dalam waktu di luar kenormalan ? Para ulama telah berbeda pendapat tentang namanya, walaupun sebagian besar mengarah kepada Ashif bin Barkhiya. Akan tetapi, ada satu sifat yang diberikan Allah kepada sosok pahlawan di zaman Sulaiman as ini, yaitu

Berkata Sulaiman : “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara sekalian yang sanggup membawa singgasanya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin : “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-bernr kuat membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: ”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.

Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia. (Qs. 27:38-40).

Dr. Abdul Karim Zaidan kembali mengulas peristiwa tersebut dalam kitab yang sama (1/444) :

“Al-Quran tidak menyebutkan siapa nama seorang yang mempunyai ilmu Al-Kitab itu, kitab apa atau ilmu apa yang diberikan kepadanya. Atas dasar itu, sangat mungkin kita katakan : dialah jin ataupun manusia yang diberikan ilmu oleh Allah yang membuatnya dapat memindahkan singgasana itu dengan izin Allah Ta’ala dan dengan cara yang diluar kenormalan…”

Ada apa dengan ilmu dengan konteks kepahlawanan atau perubahan ?

Ibnu Qayyim dalam kitab “Tahdzib Madarij as Salikin” (2/769) memberikan uraian :
“Ilmu adalah rambu-rambu hidayah, sedangkan sikap benar (termasuk sikap kepahlawanan, pen) adalah yang mendapat petunjuk darinya. Ilmu adalah peninggalan dan warisan para nabi (yang merupakan sosok-sosok pahlawan tanpa tanding dalam sejarah, pen) dan pemiliknya adalah penerima dan pewarisnya.

Ilmulah penghidup kalbu, cahaya, bashiroh, pengobat jiwa, taman-taman penghias akal, pelezat ruh, shahabat para insan saat mencekam dan petunjuk manusia saat bingung. Dialah mizan penyeimbang kata, karya dan sikap. Dialah hakim pemutus keraguan dan keyakinan, penyimpangan dan kelurusan, hidayah dan kesesatan.

Ilmu adalah imam sedangkan amal adalah ma’mum. Dia adalah komandan, sedangkan amal adalah pasukannya. Dialah teman di pengasingan, shahabat kita di saat sunyi, pelipur lara di saat duka, dan pembuka tirai syubhat. Kekayaan yang tidak akan fakir, jika diraih pembendaharannya serta pelindung yang tidak akan menghinakan orang yang bernaung dalam payungnya”.
Penulis : Cutte Mummet " Sang Gerilyawan Soldier Of Islam "

" sOLDIER oF iSLAMM "
SEMANGAT PAHLAWAN PERUBAHAN REVOLUSIONER,..

Wanita Pembangkit Umat

Apa yang bisa dilakukan seorang wanita tak bersenjata dalam menghadapi pasukan besar ini? Memang, wanita seorang diri tidak berdaya melakukan sesuatupun. Tapi, Ia adalah seorang wanita yang digembleng keimanannya menjadi sosok mahluk yang lain. Ia mampu balikkan tolok ukur. Ia putar kebiasaan dan ia ubah prediksi peristiwa. Keimanan turun dalam hatinya, sehingga ia merasakan kekuatan dalam otot-ototnya yang mampu menggetarkan kota Damaskus.


Dalam kerongkongannya, tersembunyi suara yang bisa didengar orang-orang mati. Dalam hatinya bersemayam tekad baja yang tidak akan melemah, perbekalan yang tidak habis, serta kekuatan yang mampu memecahkan besi dan mendobrak benteng.

Ia kumpulkan para wanita yang datang untuk menghibur dan turut berbela sungkawa. Ia berkata kepada mereka , “Kita tidak diciptakan sebagai laki-laki yang menenteng pedang-pedang. Tapi, bila kaum laki-laki takut, maka kita harus mampu melakukan sesuatu. Demi Alloh, rambutku ini adalah harta paling berharga yang aku miliki. Aku merelakannya untuk dijadikan tali kendali kuda yang berperang di jalan Alloh. Semoga dengan begitu aku bisa membangkitkan orang-orang mati tersebut.”

Lalu ia mengambil gunting dan memotong rambutnya. Para wanita yang hadir disitu meniru perbuatannya. Kemudian mereka duduk memintalnya menjadi tali kekang kuda tempur, tidak untuk hari perkawinan atau malam pertama. Mereka mengirim tali-tali borgol dan tali-tali kekang ini kepada khotib masjid jami’ Umawi, cucu Ibnul Jauzi. Lalu, ia membawanya ke masjid pada hari Jumat. Ia duduk diruangan sempit, memegang tali kekang dan tali borgol tersebut dihadapannya, sedangkan air mata menggenangi kedua mata. wajahnya muram.


Manusia melihat pemandangan tersebut dan mereka saling memandang. Hingga akhirnya ia bangkit menyampaikan suatu khotbah yang huruf-hurufnya panas menyakiti hati orang yang mendengarnya, kata-katanya menyala-nyala membakar semangat. Khutbah ini terhitung satu keajaiban kefasihan dalam bertutur kata yang dalam satu masa sekali keluar dari lisan seorang orator atau tertoreh oleh pena seorang penulis brilian. Sungguh sebuah karomah dan sesuatu yang luar biasa, Tapi para perowi hanya menghafal sebagiannya lalu mewariskannya turun temurun. Sebagian isi khutbah yang berhasil mereka hafal sebagai berikut :

“Wahai orang-orang yang agama telah memerintah mereka berjihad hingga berhasil membebaskan dunia dan membimbing bangsa manusia memeluk agama, tapi mereka berdiam diri hingga musuh menaklukkan negeri dan menindas agama mereka.

Wahai orang-orang yang para pendahulu mereka menjual diri kepada Alloh demi mendapatkan surga, sementara mereka menjual surga demi menuruti nafsu jiwa yang hina dan kesenangan hidup yang tak seberapa.

Wahai manusia….

Kenapa kalian melupakan agama, meninggalkan kemuliaan dan berat hati membela Alloh, sehingga Dia enggan menolong kalian? Kenapa kalian mengira kemuliaan milik orang musyrik, padahal Alloh telah menetapkan kemuliaan hanya milik-Nya, Rasul-Nya dan kaum mukminin?

Duh kenapa kalian ini, tidakkah hati kalian teriris-iris dan jiwa kalian tercabik-cabik oleh perilaku musuh Alloh dan musuh kalian? Menjarah tanah air yang disirami darah pendahulu kalian, merendahkan dan memperbudak kalian, sementara kalian dulu adalah para pemimpin dunia?

Tidakkah hati kalian tergerak dan semangat tumbuh mendengar saudara-saudara kalian dikepung musuh dan didera berbagai siksa?

Masihkah ada orang Arab di negeri ini? Masihkah ada orang muslim disini? Masihkah tersisa seorang manusia di negeri ini? Orang Arab menolong orang Arab, seorang muslim menolong muslim yang lain dan manusia menolong sesama manusia. Barang siapa yang tidak bangkit untuk mempertahankan bumi Palestina, maka ia bukan seorang Arab, bukan seorang muslim, dan bukan manusia…Tegakah kalian makan, minum, dan bersenang-senang, sementara saudara kalian disana berlumuran jilatan api, mengarungi lautan api, dan tidur beralas bara api?

Wahai manusia, genderang perang telah ditabuh, suara panglima jihad telah menggema, dan pintu-pintu langit terbuka lebar. Bila kalian bukan dari barisan pasukan kuda perang, maka berilah jalan kaum wanita untuk mengarunginya; pulanglah kalian memasak dan berdandan, wahai para wanita yang bersorban dan berjenggot!!

Pertama, hampiri kuda-kuda dan ini ambil tali kekang dan tali pengikatnya! Tahukah kalian dari apa tali-tali kekang dan pengikat ini dibuat? Sungguh para wanita membuatnya dari rambut-rambut mereka, sebab hanya rambut tersebut yang mereka miliki untuk membantu Palestina. Demi Alloh, ini adalah jalinan rambut wanita-wanita pingitan yang tidak sekalipun terkena sinar matahari karena selalu dipelihara dan dijaga.

Mereka rela memotongnya karena sejarah cinta telah habis, berganti sejarah perang suci. Berperang dijalan Alloh, membela tanah air dan kehormatan. Bila kalian tidak mampu mengikatkannya pada kuda-kuda, ambillah, dan pakailah sebagai hiasan kepala kalian. Sungguh tali-tali itu dibuat dari rambut-rambut kaum wanita. Masihkah tersisa perasaan dalam diri kalian?”

Ia melemparkannya dari atas mimbar ke tengah-tengah para hadirin seraya bersuara lantang, “Merekahlah wahai kubah Nasr, bergoyanglah wahai pilar-pilar masjid dan hancurlah wahai (bintang-bintang meteor), sungguh para lelaki telah menyia-nyiakan keberanian mereka.”

Sang Gerilyawan
Soldier Of Islam

" Cutte Mummet "
Jadilah Wanita Sekuat Karang dan Gunung

Teman dari Facebook

Followers

MARKET

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes